Twitter

Senin, 09 Januari 2012

Resensi Novel Laskar Pelangi

Dipostingkan oleh Gonyeng, pada 09 Januari 2012

Judul Buku : Laskar Pelangi
Pengarang : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal Buku : 534 halaman

Tentang Pengarang dan Yang Dikarangnya => 
Novel Karya Andrea Hirata dengan tebal buku 534 halaman ini mengandung sebuah cerita yang sangat menarik. Cerita yang ada didalam novel ini merupakan kisah nyata dari perjalanan seorang Penulis dalam mengejar mimpinya hingga ke Negara Perancis. Cerita ini pun ramai dipuji hingga dijadikan Film yang sangat menarik oleh Sutradara terkenal Riri Riza dan Mira Lesmana. Novel ini mampu membuat pembaca merasa seperti terhanyut dan terbawa ke dalam cerita didalamnya.

Andrea Hirata adalah Seseorang yang suka bermimpi dalam menjalankan hidupnya. Namun, mimpi itu akan dia usahakan untuk menjadi kenyataan. Didalam Novelnya Dia lebih menceritakan tentang masa lalunya di Belitong. Sehingga cerita yang ada didalam Novel ini benar – benar bersuasana sama seperti tempat asli terjadinya kejadian tersebut.

Gaya bahasa yang digunakan Andrea Hirata adalah gaya bahasa natural seperti layaknya orang ketika berbicara. Selain didalamnya menggunakan Bahasa Indonesia, penulis juga menggunakan Bahasa Melayu. Terkadang inilah yang membuat para pembaca tampak sedikit kebingungan dan harus menerka apa maksud dari bahasa tersebut. Namun,hal ini bukanlah suatu penghalang bagi pembaca untuk memahaminya karena penulis menyediakan arti didalam setiap Bahasa Melayu pada bagian footnote.

Alur yang terdapat didalam Novel ini adalah Alur maju-mundur, namun lebih dominan menggunakan Alur Maju. Pengarang menggunakan sudut pandang orang Pertama, karena Penulis merupakan Toko Utama didalam cerita ini. Novel ini banyak mengandung amanat yang bermanfaat bagi para pembacanya. Andrea Hirata mengajarkan kita agar tidak terlebih dahulu Putus Asa, jika ingin meraih mimpi yang diinginkan.

Cara pengarang menggambarkan tokoh – tokoh dalam cerita ini berlainan dengan cara yang biasa dipakai oleh pengarang lainnya. Andrea Hirata dapat menggambarkan karakter tokohnya dengan begitu detail sehingga pembaca dapat membayangkan dengan jelas karakter tokohnya seperti apa.

Tokoh-tokoh yang diceritakan antara lain adalah tokoh utama dari cerita ini bernama Ikal ia adalah seorang anak laki – laki yang tangguh, pintar, berani, dan mau belajar demi mimpi yang ingin diwujudkannya. Tokoh Lintang adalah Seorang anak laki – laki yang sangat cerdas, jenius, berani, tetapi karena keadaanlah yang membuat dia Putus Sekolah. Tokoh Mahar adalah Seorang anak laki – laki yang pintar menyanyi, cerdas, dan suka terhadap hal – hal yang gaib (misteri), Bu Mus adalah Seorang wanita yang sangat baik, bijaksana, dan guru yang sangat dicintai murid – muridnya, dan masih banyak tokoh lainnya. Beliaulah yang menjadi sumber inspirasi bagi anak-anak laskar pelangi

Resensinya =>
Kisah dalam Laskar Pelangi ini diawali dari kehidupan seorang anak yang bernama Ikal yang memulai sekolah dengan harus menunggu sepuluh anak yang ingin bersekolah di sekolah Ikal. Dengan cemas Ikal, Sahara, Trapani, Kucai, Syahdan, Mahar, Lintang, Borek, A kiong, Bu Mus, Pak Harfan, dan para orang tua murid menunggu apakah ada satu orang lagi yang ingin bersekolah di SD Muhamaddiyah jika, tidak sampai sepuluh anak maka, mereka tidak akan bisa bersekolah. Karena, SD Muhamaddiyah akan tamat riwayatnya. Sekian lama mereka menunggu akhirnya Seorang pria jenaka berusia Lima belas tahun dan agak terbelakang mentalnya menyelamatkan kesembilan temannya juga Sekolah SD Muhamaddiyah. Ikal dan teman – temannya sangat senang, akhirnya mereka bisa bersekolah di SD Muhamaddiyah untuk meraih mimpi dan cita - citanya bersama teman – temannya yang luar biasa di Belitong.

Keunggulan novel ini terletak pada sentilan humaniora tentang pentingnya pendidikan sekolah dan sekaligus kuatnya moral agama. Novel ini wajib baca bagi generasi muda yang terlena dengan gelimang kemudahan ekonomi dan tak lagi kenal jerih payah untuk menggapai masa depan. Novel ini juga wajib baca bagi para pendidik, bagi pemerintah yang selalu alpa pada pentingnya pendidikan. Buah dari kealpaan itu diantaranya adalah, kini kita menjadi bangsa yang sering menjadi bahan olok-olok oleh bangsa lain, karena kita rajin mencetak manusia yang tak punya kualitas.

Kelemahan novel ini, menurut saya, hanya terletak pada cara mengakhiri cerita. Semestinya, novel ini sudah ditutup pada bab 33: Anarkonisme, yang menceritakan kejatuhan Babel (Bangka Belitung) yang dulu bergelimbang Timah. Bab 34: Gotik, menurut saya menjadi ekor cerita yang membingungkan. Karena penutur ”Aku” secara tiba-tiba menjadi orang lain, dan bukan lagi Ikal. Bab 34 ini menjadi sebuah kemubaziran. Sama persis seperti seorang pelukis yang seharusnya berhenti menguaskan catnya pada bidang lukis yang sudah sempurna, tapi kemudian menjadi berantakan karena sebuah goresan yang tidak perlu.


Hal yang menarik dari Novel ini adalah dapat membangkitkan kita agar tidak mudah putus asa jika ingin meraih mimpi. Mengajarkan kita agar baik terhadap teman sesama dan mau untuk saling membantu. Dalam Novelnya, Andrea Hirata pandai menyelipkan pertanyaan yang terus tersirat, dari awal cerita sampai akhir ceritanya terdapat arti dari Bahasa Melayunya dan cara membacanya. Namun, dengan segala keindahan dan kelebihannnya, Novel ini membuat para pembacanya mendapat sedikit kesulitan karena adanya Bahasa Melayu, adanya ungkapan dan khiasan dalam kalimat membuat cerita ini sedikit terasa sulit. Walaupun begitu, cerita ini tetap memikat dan penuh dengan muatan pesan yang dapat direnungkan dan diterjemahkan dengan lebih dalam.

0 komentar:

Posting Komentar

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Pages

Sample text